SOLOPOS.COM - Pardi Mbabung alias Thunder, di tenda tempatnya tinggal dekat perumahan elite Boyolali Hills, Karanggeneng, Boyolali, Sabtu (1/6/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALIDinas Sosial (Dinsos) Boyolali telah melakukan asesmen kepada pria yang tinggal di tenda dekat perumahan elite Boyolali Hills, Karanggeneng, Boyolali, bernama Pardi Mbambung alias Thunder.

Dari hasil asesmen terungkap Pardi ternyata berasal dari keluarga berkecukupan. Keluarga pria itu juga sebenarnya telah menyediakan rumah untuknya namun Pardi justru memilih tinggal di tenda.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kepala Dinsos Boyolali, Sumarno, menyampaikan pada Jumat (7/5/2024) tim dari Dinsos Boyolali berhasil melacak keberadaan keluarga Pardi.

“Berdasarkan asesmen dan mediasi, keluarganya ternyata hampir semua orang berada. Untuk tempat tinggal dan kamar, keluarga siap [menyediakan]. Sehingga Dinsos Boyolali tidak perlu membuatkan,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com di Kantor Dinsos Boyolali, Rabu (12/6/2024).

Ia mengatakan keluarga sudah tahu keadaan Pardi yang memilih hidup di tenda. Namun, dari penelusuran Dinsos Boyolali, Pardi memang tidak mau hidup di tengah banyak orang.

Saran dari keluarga, tutur Sumarno, Pardi dibiarkan tinggal di tempatnya sekarang atau tempat yang jauh dari orang. Dari keluarga juga siap untuk membuatkan gazebo.

“Kami bakal berkoordinasi dengan pemilik tanah yang saat ini ditempati [Pardi]. Kalau pemilik tidak membolehkan, alternatifnya ada kebun kosong di belakang rumah singgah. Dinsos siap juga memberikan bantuan kambing untuk kegiatannya kalau mau,” jelasnya.

Punya Sertifikat Seniman Taman

Sumarno menceritakan sebenarnya Pardi pernah tinggal bersama keluarganya di wilayah Singkil, Karanggeneng. Namun, terkadang Pardi marah-marah kepada orang secara acak. Ia mengatakan Pardi adalah anak kelima dari tujuh bersaudara.

Berdasarkan informasi yang ia dapat, Pardi adalah seniman taman yang sempat dipekerjakan salah satu pejabat Boyolali. Bahkan, Pardi memiliki sertifikat seniman taman. Lalu, ia merantau ke daerah Serang, Banten.

“Dari cerita keluarga, di sana kenal dengan perempuan. Tapi diporoti [dimintai uang terus], setelah itu memutuskan balik ke Boyolali. Pas kembali itu jadi seperti itu, bisa dibilang ada gangguan jiwa,” kata dia.

Ia menjelaskan tim PMI Boyolali telah memeriksa kesehatan Pardi Mbambung. Sebelumnya diberitakan, seorang pria bernama Pardi Mbabung atau Thunder tinggal di tenda yang ia bangun sejak 2023. Lokasi tenda itu dekat perumahan elite, Boyolali Hills, di Karanggeneng, Boyolali.

Lokasi tinggalnya hanya berjarak beberapa ratus meter dari Boyolali Hills. Dari Bundaran Boyolali Hills, di sisi timur jembatan dengan jalan masuk setapak ke ladang, tendanya tersembunyi dan dekat bantaran sungai.

Pardi mengaku tinggal di tenda karena tidak ingin menyusahkan keluarga. Ia akhirnya tinggal di tenda terpal berwarna biru dan baliho bekas itu untuk menyendiri.

“Saya tinggal di sini [tenda] sudah setahun karena punyanya ini. Misal saya punya hotel atau rumah, pasti tinggal di sana,” kata dia saat berbincang dengan wartawan, Sabtu (1/6/2024).

Makan Sehar-hari

Untuk makan sehari-hari, ia memasak sendiri di tendanya, dari pemberi kerja, dan sesekali membeli di luar. Sehari-hari ia mencuci, mandi, dan lain-lain di sungai dekat tenda. Sedangkan air untuk memasak dia ambil dari masjid terdekat.

Pardi menceritakan saat hujan deras, air masuk ke dalam tendanya. Namun di tengah kondisi tersebut ia tetap bisa tidur. Ia mengaku nyaman-nyaman saja tinggal di tenda. Tidak ada dukanya karena memang diniatkan tirakat untuk mendapatkan ilham.

Sebelum tinggal di tenda itu, pria 49 tahun tersebut mengaku sempat berpindah-pindah tempat tinggal bersama saudaranya, bahkan dengan orang yang memberinya pekerjaan. Namun, ia merasa tidak enak hati tinggal bersama orang lain terus.

Ia selama ini bekerja serabutan sebagai buruh bangunan dan tani. Uangnya sehari-hari tak cukup untuk menyewa kamar indekos.

“Enggak punya [uang] untuk kontrak, tapi pokoknya seadanya saja. Ada yang longgar [membantu] gratis, saya maturnuwun tapi pakewuh [tidak enak hati]. Masa saya dibantu tapi hanya duduk manis. Saya sukanya diberi kerjaan,” kata dia.

Pardi mengaku tak hanya orang baik menawarkan kamar indekos, ada pula yang ingin membuatkan rumah permanen. Namun, ia khawatir menyusahkan orang lain karena pasti biayanya mahal.

Daripada dibuatkan rumah atau disewakan kamar indekos, ia lebih suka dibuatkan gerobak yang bisa berpindah-pindah untuk tinggal sekaligus usaha berdagang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya