SOLOPOS.COM - Lembaga Sensor Film (LFS) bersama pemain film Dilan Wo Ai Ni Annisa Hertami saat memberikan edukasi kepada pelaku seni, film di Watu Gambir Park Desa Karang, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar pada Selasa (25/6/2024).(Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, KARANGANYAR-Industri perfilman di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Namun demikian perkembangan jumlah film dan media penayangannya tidak diimbangi dengan literasi digital. Hal ini memicu terjadinya mabuk film atau perilaku dewasa sebelum waktunya.

Sekretaris Komisi III Lembaga Sensor Film (LSF) Mukayat Al Amin mengatakan perkembangan media penayangan film semakin variatif mulai bioskop, handphone, maupun televisi (TV). Dimana saat ini telah memasuki industri perfilman era industrialisasi dan era globalisasi.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Tontonan sangat banyak variasinya, tidak hanya konvensional media penayangannya, tetapi juga sudah modern,” katanya saat Sosialisasi Program Lanjutan Desa Sensor Mandiri di Jawa Tengah di Watu Gambir Park Desa Karang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar pada Selasa (25/6/2024).

Kegiatan sosialisasi dari LSF di Karanganyar ini dihadiri pelaku dan komunitas seni, film, dan pertunjukan. Selain itu juga menghadirkan pakar film dan pemain film Dilan Wo Ai Ni, Annisa Hertami.

Amin menilai masyarakat perlu banyak diedukasi mengenai literasi digital. Dimana literasi untuk mengajak masyarakat menonton sesuai dengan usianya. Tentunya ini dilakukan agar masyarakat tidak mabuk film. Dia pun meminta masyarakat waspada mabuk film. Dia mencontohkan film dengan kategori standar segala usia (SU) misalnya diajak menonton film dewasa 17 plus maka yang akan terjadi dewasa sebelum waktunya.

Amin mengatakan, dengan program Desa Sensor Mandiri ini, maka masyarakat akan bisa memunculkan self sensor secara mandiri di samping Lembaga Sensor Film yang tetap menjalankan tugas sesuai tugas pokok dan fungsinya (tupoksi).

“Oleh karena itu kami sadar bahwa film sudah sangat besar. Jumlahnya media tayangan juga sudah sangat besar, maka kita mengajak masyarakat, agar menonton sesuai bijak dalam menonton sesuai dengan klasifikasi usia,” katanya.

Apalagi di era sekarang, dia menambahkan perkembangan dunia film di Indonesia sudah memasuki taraf tsunami film. Jumlah film yang masuk maupun yang diproduksi di Indonesia bahkan mencapai angka ribuan. Pada 2023 lalu, Lembaga Sensor Film bahkan telah melakukan penyensoran film dan iklan hingga mencapai 40.000. Dia pun mengatakan bahwa program Desa Sensor Mandiri menjadi hal penting diterapkan saat ini.

“Konsumsi konten audio visual berupa film, iklan, dan sinematografi lainnya perlu disaring agar sesuai kategori usia penonton,” katanya.

Anggota Komisi I LSF, Nasrullah, mengatakan terdapat empat kategori usia label lulus sensor yakni SU, 13+, 17+ dan 21+. Pihaknya selalu meluluskan produk sinematografi itu dengan berbagai revisi. Sesuai tupoksinya, LSF memiliki tugas untuk menilai film agar layak ditonton masyarakat sesuai kategori usia.

“Kami selalu berdialog dengan pemilik film agar lulus. Kami sangat menghargai karya, sehingga jika ada yang kurang sesuai dengan kategori usia, kami lakukan revisi,” katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Karang Dwi Purwoto menyambut baik sosialisasi Program Desa Sensor Mandiri. Menurutnya, penting dalam memberikan edukasi tentang film kepada keluarga khususnya anak-anak.

Dengan sosialisasi LSF di Karanganyar ini, dia mengatakan akan memberikan masyarakat pengetahuan baru tentang bagaimana memilih tontonan yang baik bagi anak. Sehingga, anak-anak tidak mudah terpengaruh dengan kebudayaan lain yang berdampak pada sikap dan perilaku anak di masa depan.

“Sebagai orang tua dan keluarga merupakan benteng pertama dalam mengajarkan adab berperilaku dari anak, salah satunya melalui self censor terhadap tontonan bagi anak,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya