SOLOPOS.COM - Sejumlah anak jenjang TK mengikuti kegiatan Sibago (Sinau Bareng Anak Joglo) di ruang perpustakaan Taman Cerdas Joglo beberapa waktu lalu. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO– Di Taman Cerdas Kelurahan Joglo, Solo, setiap Rabu sore ada kegiatan menarik bernama Sibago. Sibago merupakan kepanjangan dari sinau bareng anak Joglo.

Kegiatan Sibago dimulai sejak 2019. Dan diinisiasi langsung oleh warga setempat karena merasa peduli dengan pendidikan anak di lingkungan Joglo.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Adanya Sibago membuat suasana Taman Cerdas Joglo tampak lebih hidup. Alih-alih bermain gawai di rumah, puluhan anak terlihat begitu asyik bermain dan belajar bersama di ruang-ruang dan pendapa area taman.

Ada anak yang berkonsultasi pekerjaan rumah (PR) dari sekolah, belajar pengetahuan umum, belajar attitude atau sopan santun, belajar bernyanyi, dan ada juga segelintir anak yang main-main di halaman.

Para pengajar atau volunteer pun tampak begitu sabar dan penuh perhatian dalam mendidik anak-anak. Pengajar sukarelawan tersebut adalah para muda-mudi asli Joglo yang punya kepedulian tinggi terhadap pendidikan anak.

Saat berbincang dengan Solopos.com, Ketua Program Sibago, Catur Haryani, 47, mengatakan Sibago ini merupakan ruang belajar inklusif yang bisa diakses semua anak Joglo dari tingkat TK-SMA.

Selama proses pembelajaran, anak-anak akan dibagi oleh para volunteer menjadi kelompok-kelompok kecil berdasarkan jenjang pendidikannya.

“Anak-anak TK digabung dengan TK, dan seterusnya. Nantinya mereka juga ditempatkan di ruang-ruang yang berbeda agar lebih fokus dalam belajar,” kata dia.

Catur menyampaikan bahwa tujuan awal Sibago dibentuk adalah untuk mewadahi anak-anak Joglo yang mengalami kesulitan dalam belajar. Entah karena orang tua yang sibuk dan tidak punya pendidikan yang cukup hingga faktor ekonomi yang membuat anak-anak tidak bisa mengakses bimbel atau bimbingan belajar.

“Oleh karenanya program ini sifatnya gratis. Dan bisa diikuti semua anak-anak Joglo tanpa terkecuali entah itu dari keluarga tidak mampu hingga mampu,” kata dia.

Saat ini, menurut dia, Sibago memiliki 50 lebih siswa aktif yang rutin berpartisipasi aktif setiap Rabu sore. Agar anak-anak terus tertarik untuk datang dan tidak bosan, dia dan pengurus Sibago lainnya sudah memiliki segudang cara

“Kami usahakan tiap Sibago ada snack atau makanan ringan yang kami bagikan. Lalu kami juga ada inspiration class dengan mengundang tokoh-tokoh berprestasi untuk berbagi cerita kepada anak-anak. Selain itu juga rutin membagikan doorprize dan menggelar permainan atau game bareng-bareng,” kata dia.

Dia mengaku selama hampir lima tahun berjalan, Sibago tidak menemui kendala yang berarti. Mengingat dari pemerintah kelurahan, masyarakat sekitar, dan badan-badan usaha yang ada di Joglo selalu memberikan support dalam berbagai hal.

“Tidak terkendala juga karena dari pengurus program ini (Sibago) juga tidak mengharap apa-apa dan punya kepedulian sosial yang tinggi. Sehingga kalau pun ada masalah yang diselesaikan bersama-sama dan hampir selalu hadir setiap Sibago diadakan,” ungkap dia.

Dia berharap anak-anak Joglo yang ikut Sibago tidak hanya terbantu dalam hal pendidikannya. Melainkan juga lahir anak-anak yang punya karakter yang unggul.

“Karena bagaimanapun ke depan anak-anak ini adalah generasi penerus di Kelurahan Joglo. Karenanya perlu kita rawat dan berikan akses pendidikan yang laik. Sehingga harapannya mereka tidak hanya cakap di ilmu-ilmu saja melainkan juga punya karakter atau attitude yang baik,” kata dia.

Sementara itu, salah satu volunteer pengajar Sibago Naura Adiputri, 17, mengaku tertarik menjadi pengajar di SIbago adalah karena ingin memberi kontribusi untuk memajukan kampungnya lewat pendidikan. Dan dia mengaku sudah ikut mengajar sejak Sibago mulai dijalankan.

“Saya memang suka dengan dunia volunteer. Nah, berhubung di sekitar rumah ada Sibago saya merasa terpanggil untuk memberikan kontribusi lewat bidang pendidikan,” kata dia.

Naura, sapaannya, mengatakan tidak menemukan kesulitan atau kendala selama mengajar di Sibago. Dan dia merasa waktunya tidak terganggu di tengah kesibukan sekolah di SMA.

“Kalau kendala tidak ada, paling tantangannya itu saat mengajar kadang-kadang menemukan anak-anak “spesial” dalam memperlakukannya, jadi perlu bantuan para kakak-kakak atau pengurus,” ungkap dia.

Saat berkecimpung di Sibago dia mengaku menemukan kesenangan batin yang tidak ternilai. Sehingga sesibuk apapun, dia berusaha untuk menyempatkan hadir mengajar.

“Momen yang paling menyenangkan itu ketika mendengar anak-anak bercerita bahwa mereka menjadi lebih paham materi tertentu setelah belajar di Sibago, lalu prestasinya membaik, dan cerita baik lainnya. Mendengar hal itu rasanya apa yang saya lakukan ternyata tidak sia-sia dan berdampak baik bagi orang lain,” tutur dia.

Dalam kesempatan yang sama, salah satu orang tua yang anaknya mengikuti Sibago, Wirasih, mendukung penuh adanya kegiatan Sibago. Menurutnya, dengan adanya Sibago anak-anak jadi punya ruang dan kegiatan positif saat sore hari.

“Saya turut senang dan mendukung adanya Sibago. Anak saya dan mungkin anak-anak orang tua lainnya punya ruang untuk belajar dan berkegiatan. Soalnya kalau tidak itu ya anak-anak kalau sore ya mainan HP saja,” kata dia.



Dia berharap Sibago bisa terus berjalan ke depannya dan tidak hanya dijalankan tiap Rabu sore saja. Termasuk dengan membuat program belajar yang lebih kreatif dan inovatif.

“Ya kalau pengen saya, Sibago lebih sering diadakan, tidak hanya hari Rabu saja. Toh manfaatnya juga positif. Semoga ke depan ada program-program belajar lebih kreatif dan inovatif,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya