SOLOPOS.COM - Penampakan rumah subsidi di Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Jumat (28/6/2024). Pasar perumahan subsidi di Wonogiri dinilai baik dalam beberapa tahun terakhir. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI—Meski menghadapi banyak tantangan, pasar rumah subsidi di Kabupaten Wonogiri diprediksi memiliki prospek cerah. Kebutuhan rumah subsidi di daerah ini akan terus meningkat mengingat masih banyak masyarakat berpenghasilan rendah.

Di sisi lain, kran investasi mulai dibuka lebar dengan penetapan kawasan industri besar.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Project manager perumahan subsidi Bale Tuanku Wonogiri, Dwi Prasetyo, mengatakan berdasarkan hitung-hitungan bisnis, pengembangan perumahan subsidi masih menguntungkan.

Menurutnya, permintaan rumah subsidi pun terbilang banyak. Hal itu terbukti dengan serapan rumah subsidi yang relatif baik selama beberapa tahun terakhir meski dalam masa pandemi Covid-19.

Dia mencontohkan di perumahan subsidi Bale Tuanku pertama di Kecamatan Selogiri, serapannya sudah mencapai 100% pada 2023 dalam kurun waktu sekitar tiga tahun. Jumlah rumah subsidi di perumahan itu 75 unit.

Melihat serapan yang baik itu, pihaknya mengembangkan perumahan subsidi kedua yang juga di Kecamatan Selogiri dengan jumlah rumah sebanyak 72 unit seharga Rp166 juta. Dia optimistis serapan rumah subsidi yang dikembangkannya akan bernasib baik pula.

Dia menjelaskan rumah subsidi diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Dengan upah minimum kabupaten (UMK) Wonogiri senilai Rp2 juta, rumah subsidi menjadi pilihan bagi mereka yang bekerja di sektor industri. Hal itu karena angsuran rumah subsidi sekitar Rp1 juta.

“Pembeli perumahan kami di proyek pertama, mayoritas adalah pekerja swasta, pasangan muda, yang bekerja di industri di sekitar sini. Ini artinya target market ini memang mereka,” kata Tyo saat berbincang dengan Solopos.com di Singodutan, Kecamatan Selogiri, Jumat (28/6/2024).

Tyo melanjutkan pengembang-pengembang baru yang masuk di Kabupaten Wonogiri terus bertambah. Hal itu menandakan prospek pasar perumahan subsidi di wilayah ini dinilai baik.

Menurut dia, selama industri skala besar di Kabupaten Wonogiri masih terus berjalan, selama itu pula permintaan rumah subsidi terus ada.

Backlog Paling Rendah

Catatan Solopos.com, berdasarkan data Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi Jawa Tengah, backlog atau perbandingan kebutuhan perumahan dengan total hunian yang terbangun di Wonogiri pada 2024 mencapai 4.952 backlog.

Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Soloraya, jumlah backlog Wonogiri paling rendah. Misalnya, di Karanganyar ada 5.760 backlog dan Sragen 5.658 backlog.

Sementara itu, di laman sikumbang.tapera.go.id yang diakses Solopos.com, Jumat sore, pengembangan rumah subsidi di Wonogiri terus meningkat. Pada 2022 ketersediaan rumah subsidi sebanyak 132 kavling dan 131 rumah di antara terjual, sisanya terpesan.

Kemudian pada 2023 ada 432 kavling dan 125 terjual. Tahun ini ada 321 kavling dan 57 terjual sudah terjual. Pengembang memprediksi pembangunan rumah subsidi masih akan bertambah sampai akhir 2024 nanti dengan penambahan kuota subsidi.

Tyo meyakini minat masyarakat terhadap rumah subsidi akan semakin meningkat di Kabupaten Wonogiri. Apalagi Pemerintah Kabupaten Wonogiri sudah menetapkan pengembangan kawasan industri besar di sejumlah kecamatan.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, salah satu industri besar yang mulai dibangun tahun ini yakni pabrik semen di Kecamatan Pracimantoro.

Kendati demikian, lanjut Tyo, bukan berarti pengembangan rumah subsidi di Kabupaten Wonogiri tanpa hambatan. Saat ini perusahaan yang bergerak di bidang tekstil tengah limbung. Hal itu cukup berdampak terhadap penjualan properti yang dia bangun.

Di sisi lain, banyak karyawan swasta yang terkendala dengan Bank Indonesia (BI) Checking (kini  Sistem Layanan Informasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan alias SLIK OJK) ketika hendak membeli rumah. BI Checking mereka bermasalah karena menggunakan pinjaman online atau pay later.

“Sekarang rata-rata karyawan perusahaan di sejumlah perusahan besar di Wonogiri begitu, itu jadi kendala,” ucapnya. Dia menambahkan, meski belum tentu berkorelasi, selama tahun tahun politik penjualan perumahan subsidi juga sedikit menurun.

Kebutuhan Anak Muda

Sebelumnya, Wakil Ketua Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah, Maharani, menyebut secara umum perkembangan perumahan Wonogiri meningkat pesat. Kebutuhan rumah subsidi di Wonogiri diperkirakan juga akan terus meningkat.

Kebutuhan anak-anak muda juga menjadi salah satu sebab perumahan subsidi di Wonogiri diproyeksikan meningkat.

Terlebih perantau yang ada di luar daerah menganggap properti merupakan instrumen investasi yang menjanjikan. Maharani mengatakan pertumbuhan perumahan di Wonogiri pesat terutama di daerah-daerah strategis seperti sekitar Waduk Gajah Mungkur (WGM).

Menurutnya, rata-rata perumahan komersial atau nonsubsidi di kawasan sekitar WGM dibanderol dengan harga Rp300 juta sampai Rp400 juta per unit. “Sementara untuk rumah subsidi masih di bawah Rp200 juta,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya