SOLOPOS.COM - Pasar Hewan Jelok, Cepogo, Boyolali, ramai pada hari pasaran terakhir jelang Iduladha 2024, Jumat (14/6/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALIPasar Hewan Jelok di Cepogo, Boyolali, ramai diserbu pedagang dari berbagai daerah pada hari pasaran terakhir jelang Iduladha, Jumat (14/6/2024). Hari pasaran pasar hewan tersebut yakni Jumat Pahing. Sedangkan Iduladha jatuh pada Senin (17/6/2024).

Kepala UPT Pasar Hewan Jelok, Mardiyono, mengatakan tercatat pada Jumat ini hingga pukul 09.00 WIB sudah ada sekitar 100 kendaraan pengangkut hewan yang masuk.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Pada hari biasa, pukul 09.00 WIB, paling baru 60-an kendaraan roda empat yang masuk, satu hari 100-an. Kalau Jumat terakhir jelang Iduladha ini perkiraan bisa sampai 250 kendaraan roda empat,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com di kantornya, Jumat.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, kendaraan roda empat biasanya mengangkut 2-4 ekor sapi. Sehingga paling tidak ada sekitar 200 sapi yang masuk ke Pasar Hewan Jelok hingga pukul 09.00 WIB hari pasaran terakhir. Sedangkan sapi diperkirakan sekitar 500 ekor hingga akhir tutup pukul 16.00 WIB.

Mardiyono memperkirakan banyaknya pedagang di Pasar Hewan Jelok, Boyolali, karena prepegan atau hari pasaran terakhir jelang Iduladha. Selain itu, pasar-pasar lain sudah tidak ada pasaran terakhir.

“Di Karanggede sudah kemarin, pas pasaran Legi, di Ampel [pasaran] Kliwon, terakhir di Jelok ini. Makanya semuanya berkumpul di sini semua,” kata dia.

Ia menjelaskan pedagang sapi yang masuk selain dari Ampel, Cepogo, Musuk, Tamansari, dan lokal Boyolali juga ada dari Salatiga hingga Jawa Timur. Terlebih, Pasar Hewan Jelok menjadi yang terbesar dibanding yang lain.

Pembelinya juga tak hanya berasal dari Boyolali tapi juga Klaten, Salatiga, Ungaran, Solo, dan sebagainya. Beberapa sapi yang masuk seperti jenis Limosin, Simental, Peranakan Ongole (PO), Brenggolo, jawa putih, dan sapi perah.

Selanjutnya, Mardiyono mengatakan setiap hari pasaran juga diadakan pemeriksaan oleh dokter hewan. Ia yang juga membawahi Pasar Hewan Ampel dan Karanggede mengatakan tidak ada laporan temuan penyakit mulut dan kuku (PMK) dan Lumpy Skin Disease (LSD).

Persediaan Melimpah Pengaruhi Harga

Sementara itu, salah satu pedagang sapi Limosin dari Keposong, Tamansari, Bagas Widodo, mengatakan pada pasaran terakhir harga sudah mulai naik Rp1 juta-Rp2 juta per ekor. Padahal, sepekan yang lalu belum ada kenaikan harga.

Sapi limosin yang ia bawa laku Rp34,8 juta. Ia menjelaskan kenaikan harga biasanya mulai terjadi sebulan jelang Iduladha, akan tetapi pada 2024 ini baru pada hari pasaran terakhir.

“Penyebabnya mungkin karena lesunya ekonomi masyarakat sehingga mereka memilih kambing. Terus sapinya banyak, jadi tidak terlalu mendongkrak harga pasaran,” jelasnya.

Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, Lusia Dyah Suciati, menyampaikan kemungkinan harga sapi tidak terlalu terdongkrak kenaikannya karena persediaan sapi yang berlimpah.

Sehingga antara permintaan dan persediaan terpaut tidak terlalu jauh. Pada 2024 ini ada sekitar 21.000 hewan kurban, lebih banyak dibandingkan 2023 yang sebanyak 13.000 ekor.

“Jadi persediaan termasuk berpengaruh ke gejolak harga. Lalu, para takmir juga pesan jauh-jauh hari ke belantik atau pedagang sapi. Persiapannya juga lebih awal. Lalu, hewan sehat juga lebih mudah didapat,” kata dia.

Disnakkan Boyolali selalu siaga terkait penyakit menular pada hewan. Setiap hari pasaran pasar hewan selalu melakukan pemantauan. Ketika ditemukan sapi sakit akan diobati dan pedagang diminta untuk menjual sapi saat sembuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya