SOLOPOS.COM - Petani tengah menyemprotkan obat untuk mengusir hama di sawah Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri, Wonogiri, Minggu (23/6/2024). Petani di Selogiri khawatir hasil panen pada masa tanam kedua tahun ini tidak maksimal karena curah hujan minim sehingga kebutuhan air kurang tercukupi. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Petani padi di Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri was-was hasil panen pada masa tanam kedua ini tidak maksimal atau bahkan gagal. Mereka khawatir kebutuhan air sawah tidak akan tercukupi lantaran curah hujan minim pada musim kemarau yang lebih panjang sebagai dampak dari fenomena El Nino.

Salah satu petani di Kecamatan Selogiri, Giri, mengatakan kebanyakan padi yang ditanam di Selogiri saat ini tengah merupakan masa tanam kedua.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Umur padi itu rerata baru dua pekan hingga sebulan setelah tanam. Artinya tanaman itu masih banyak membutuhkan air. Dengan umur yang masih pendek itu, petani khawatir kebutuhan air tidak mencukupi hingga masa panen.

”Kalau sekarang masih ada air walaupun tidak banyak. Yang kami khawatirkan itu nanti kalau sudah mendekati panen malah tidak ada air. Soalnya sekarang saja hujan sudah tidak. Volume air dari Waduk Tandon pun sudah berkurang banyak,” kata Giri saat ditemui Solopos.com di area persawahan Selogiri, Senin (24/6/2024).

Dia menyampaikan jika air dari irigasi tidak terpenuhi, maka petani terpaksa harus menyedot air dari sumur. Masalahnya, tidak semua sawah di Selogiri terdapat air sumur.

Banyak area persawahan yang benar-benar mengandalkan tadah hujan dan irigasi teknis. Termasuk salah satu sawahnya di Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri.

Dia mengatakan di lahan sawah yang dia garap seluas lebih kurang 3.000 meter persegi itu tidak ada sumur bor untuk pompanisasi. Hal ini berarti padi yang dia tanam ada potensi panennya tidak maksimal atau bahkan gagal panen jika memang tidak mendapatkan air saat mendekati panen.

”Beberapa petani di sini bahkan sudah tidak berani menanam padi pada masa tanam kedua ini. Mereka tidak mau berspekulasi kalau-kalau tidak ada air, kan malah rugi. Itu banyak lahan sawah yang dibiarkan bera,” ujarnya.

Petani lain yang juga Kepala Desa Singodutan, Karsanto, kebutuhan air untuk sawahnya sekarang ini masih tercukupi. Air dari Waduk Tandon masih mengalir di saluran irigasi.

Hanya, dia tidak bisa memastikan apakah air dari waduk tersebut masih bisa diandalkan sampai masa panen.

Menurutnya ada potensi sawah-sawah di Selogiri kekurangan air saat mendekat panen dengan kondisi cuaca panas seperti sekarang ini. Di Desa Singodutan, luas area persawahan yang memanfaatkan air dari saluran irigasi Waduk Tandon sekitar 90 hektare.

“Kalau pembagian air dari waduk itu  diatur dengan baik, saya rasa masih aman. Kemungkinan hujan juga masih ada menyebut sawahnya saat ini masih tercukupi air,” jelas Karsanto.

Sebagian Masih Bisa Panen Tahun Ini

Sementara itu, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Dasa Tani Desa Jaten, Kecamatan Selogiri, Edi Broto, menyebut sawah di Desa Jaten mayoritas masih bisa panen pada masa tanam kedua ini.

Sebab air irigasi Colo Barat yang bersumber dari Waduk Gajah Mungkur masih mencukupi meski sudah berkurang signifikan.

“Sawah yang terlayani irigasi air Colo Barat saya rasa masih aman sampai panen. Yang kasihan itu yang tidak terlayani irigasi ini, mereka harus sedot dari sumur,” ucapnya

Dia menambahkan, informasi dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, irigasi Colo Barat sangat kecil kemungkinan bisa melayani masa tanam ketiga di Selogiri. Hal itu lantaran elevasi air di Waduk Gajah Mungkur terlalu kecil untuk disalurkan ke saluran irigasi.

“September nanti irigasi Colo Barat ini sudah kering, kecuali di daerah hulu ada hujan di tengah kemarau, itu mungkin bisa tetap mengalir air. Tapi itu kemungkinannya kecil. Jadi kami tidak berharap masa tanam ketiga petani bisa menanam padi,” ucapnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian Wonogiri, Baroto Eko Pujanto, mengatakan luas tanam padi di Kabupaten Wonogiri sekitar 70.000 hektare (ha) per tahun. Namun pada tahun ini luas tanam itu diprediksi berkurang. Hal itu disebabkan karena kemarau dan efek lanjutan El Nino yang terjadi pada 2023 lalu.

Dia menerangkan masa tanam (MT) kedua tanaman padi di Wonogiri mundur dari jadwal normal kalender pertanian akibat kemarau panjang buntut dari anomali cuaca El Nino.

MT kedua di Wonogiri yang biasanya mulai Januari atau Februari mundur hingga Maret—April, bahkan ada yang baru mulai menanam pada Mei—Juni.

Perubahan jadwal masa tanam itu membuat pola pertanian di Wonogiri kacau karena berakibat luas tanam padi berkurang. Banyak petani yang tidak menanam pada MT ketiga. di beberapa wilayah di Wonogiri bahkan petani hanya berani menanam sekali dalam setahun.

Baroto menyampaikan luas tanam padi diproyeksikan turun hingga 10%—15% dari biasanya atau menjadi sekitar 50.000 ha–55.000 ha per tahun.

”Kami ada program pompanisasi, tetapi itu paling hanya bisa membantu menambah luas tanam menjadi 55.000 ha. Tidak terlalu banyak,” ujar Baroto.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya