SOLOPOS.COM - Siswa memeragakan aplikasi presensi digital yang diberi nama Siabdi di stan SMPN 1 Simo saat acara Merdeka Expo Pendidikan di depan Kantor Disdikbud Boyolali, Rabu (12/6/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALISMPN 1 Simo, Boyolali, membuat inovasi digital yang memungkinkan orang tua siswa bisa langsung mengetahui anaknya sudah sampai di sekolah atau belum. Sekolah membuat presensi dengan scan barcode yang langsung tersambung ke nomor Whatsapp (WA) orang tua siswa.

Tiap datang ke sekolah, siswa cukup memindai barcode khusus yang ada di kartu pelajar masing-masing pada komputer tablet sekolah yang langsung tersambung ke nomor WhatsApp orang tua.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Inovasi tersebut dipamerkan tim dari SMPN 1 Simo dalam Merdeka Ekspo Talenta yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali di halaman kantor instansi tersebut, Selasa-Rabu (11-12/6/2024). Alat presensi daring tersebut dinamakan Siabdi atau Aplikasi Absen Digital.

Aplikasi Siabdi tersebut diciptakan guru seni budaya di SMPN 1 Simo, Boyolali, Arvin Al Fajri. Ia mengatakan siswa mendapatkan kartu pelajar sakti yang memiliki barcode.

“Barcode tersebut digunakan untuk presensi siswa. Saat sampai ke sekolah, mereka lalu scan barcode kartu pelajar. Lalu terhubung ke notifikasi WhatsApp wali atau orang tua,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (12/6/2024).

Tak hanya saat presensi berangkat, para siswa juga wajib memindai barcode untuk presensi pulang. Sehingga orang tua mengetahui kapan waktunya anak mereka pulang dari sekolah.

Arvin membuat aplikasi tersebut karena para siswa tidak diperkenankan membawa handphone ke sekolah. Sehingga, ketika waktu pulang, orang tua cemas dan bingung bagaimana menghubungi sang anak. Guru lalu berkoordinasi untuk membuat presensi yang terhubung ke gawai orang tua.

“Aplikasi ini digunakan sejak Januari 2024, uji coba selama satu semester tidak ada kendala. Pada tahun ajaran baru ini siap diluncurkan,” kata dia.

Arvin mengatakan atas inovasinya bersama rekan-rekan gurunya membuat Siabdi, tim SMPN 1 Simo, Boyolali, diganjar juara harapan II Krenova Award.

Walau mengajar seni budaya, ia merasa tergugah untuk membuat aplikasi yang mempermudah siswa dan orang tua. Sehingga ia belajar membuat aplikasi lewat webinar dan mempelajari autodidak. Arvin membutuhkan waktu sekitar satu bulan lalu Desember 2023 selesai dibuat.

Kartu Pelajar Sakti

Ia mengatakan Siabdi adalah murni karya guru asli tanpa campur tangan pihak lain. Siabdi adalah karyanya yang kemudian dikomunikasikan dengan kepala sekolah dan disetujui. Sehingga pada tahun ajaran baru 2024/2025, semua siswa bakal mendapatkan kartu pelajar sakti.

“Ada beberapa sekolah yang tertarik untuk belajar terkait Siabdi ini, terlebih saat Krenova. Kami terbuka, siap menerima kunjungan dari sekolah-sekolah untuk belajar bersama. Soalnya ini kami yang buat dan gratis,” kata dia.

Sementara itu, salah satu siswa kelas VII B SMPN 1 Simo, Boyolali, Neila Nanda, mengaku senang dengan inovasi kartu pelajar sakti yang mempermudahnya melakukan presensi. Kartu pelajar tersebut juga berbentuk seperti Id card pekerja yang bisa dikalungkan di leher sehingga Neila senang memakainya.

Ia tak perlu mencari bantuan guru untuk menghubungi orang tuanya ketika meminta untuk dijemput. Saat ia presensi pulang, handphone orang tuanya akan mendapatkan pemberitahuan ia bakal pulang.

Neila biasanya memindai presensi pulang seusai kegiatan baik ekstrakurikuler ataupun kerja kelompok selesai di sekolah. “Adanya presensi digital ini juga melatih kedisiplinan kami. Orang tua juga bisa memantau jam masuk dan keluar saya dan teman-teman dari sekolah,” kata dia.

Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMPN 1 Simo Boyolali, Siti Zulaekah, mengapresiasi inovasi salah satu gurunya. Hal tersebut mampu menyelesaikan masalah komunikasi antara anak dan orang tua.

Siti mengungkapkan kartu yang dimiliki siswa bukan hanya untuk presensi digital tapi sebagai kartu pelajar, kartu perpustakaan, dan sebagainya.

“Dengan kartu tersebut, kami dan orang tua bisa melihat aktivitas siswa. Siswa memang tidak diperbolehkan membawa handphone, akan tetapi sekolah menyediakan 230 tablet yang bisa digunakan untuk pembelajaran,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya