Solopos.com, BOYOLALI–Di gang dekat Jalan Solo-Semarang, tepatnya di Dukuh Kebontimun, Desa Gatak, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali terdapat sebuah restoran berkonsep rumah nenek berbentuk limasan dengan dominasi kayu. Restoran itu menyajikan menu andalan bebek bumbu hitam.
Restoran tersebut bernama Warung Bebek Bumbu Hitam Artomoro Boyolali. Melewati gang-gang kampung sesuai petunjuk dalam Google Maps, Solopos.com berkunjung ke warung itu pada Senin (24/6/2024). Beberapa mobil dan sepeda motor pengunjung terparkir di halaman restoran tersebut.
Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya
Pemilik warung, Via Mirza, menyampaikan usaha tersebut telah ia geluti sejak 2015-2019 di Babadan, Sambi. Sempat vakum jualan, lalu pada 2023 mulai kembali di lokasi Kebontimun seusai Via menikah dengan pria setempat.
“Kami menu andalannya yang paling best seller bebek bumbu hitam, bubuk hitamnya itu dari kelapa yang disangrai dan diberi bumbu ungkep bebek. Proses pembuatannya sampai dua hari, sehingga menghasilkan bumbu hitam, pekat, dan rasanya menyerap ke daging,” kata dia kepada Solopos.com, Senin.
Ia mengatakan dalam sehari bisa menjual 100-150 porsi bebek bumbu hitam dengan 20-25 ekor saat hari biasa dan 40-50 ekor saat akhir pekan dan hari libur. Mneurutnya, sebanyak 50 butir kelapa per pekan diparut untuk membuat proses bumbu hitam.
Dalam operasional, Via terjun langsung membuat bumbu yang diwariskan dari keluarganya. Ia juga dibantu delapan karyawan, terdiri atas dua orang di rumah proses memasak dan enam orang melayani di restoran.
Dia mengatakan pemilihan lokasi yang terbilang cukup tersembunyi di gang dengan pertimbangan tanah tersebut milik sendiri. Walaupun begitu, lokasi tersebut masih bisa dijangkau roda dua dan empat.
Pertimbangan lainnya yaitu parkiran luas sehingga dapat digunakan untuk area tambahan meeting, ulang tahun, family gathering, dan sebagainya.
“Semisal mau berkembang kan mau nambah tempat makan, taman, atau tempat bermain masih bisa. Sehingga, kami memilih lokasinya di sini,” kata dia.
Walaupun tersembunyi, ia mengungkapkan pembelinya bukan hanya dari Boyolali, tapi juga dari Solo, Karanganyar, Klaten, Yogyakarta, dan sebagainya. Berbagai komunitas seperti motor gede, jip, dan sebagainya.
Promosi yang dilakukan dari mulut ke mulut, ada pula food vlogger yang datang untuk memberikan review. Dia juga melakukan promosi lewat food vlogger lain. Menurutnya, promosi media sosial menjadi kunci penting dalam promosi warungnya.
“Dalam sehari kami bisa dapat Rp2,5 juta-Rp5 juta. Sempat juga dapat Rp7 juta, tapi rata-rata ya angka tadi,” kata dia.
Harga bebek bumbu hitam potong Rp25.000 per porsi dan bebek bumbu hitam utuh Rp95.000 per porsi. Menu lain seperti ayam potong bumbu hitam Rp18.000 pre porsi, kepala ayam, dan sebagainya dengan harga kurang dari Rp25.000 per porsi.
Setiap jumat, Warung Bebek Bumbu Hitam Artomoro Boyolali menggelar makan gratis bagi jemaah Salat Jumat di masjid yang berada di depan resto.
Salah satu pengunjung warung Bebek Bumbu Hitam Artomoro Boyolali asal Gladagsari, Yesi Wulandari, ia datang karena penasaran banyak yang membicarakan warung tersebut.
“Banyak testimoni yang mengatakan enak, akhirnya saya ke situ. Pas mencoba kok rasanya enak, tapi favorit saya itu daging bebeknya empuk banget, jadi pas bawa anak bisa makan bersama,” kata dia, Selasa (23/6/2024).
Selain itu, ia senang dengan tempatnya yang luas dan nyaman. Anaknya juga bisa berlari dan bermain di lokasi yang luas. Namun, ia menyarankan agar tempat duduk diberikan opsi lesehan agar enak bisa makan bersama anaknya.
Yesi mengatakan lokasi restoran cukup tersembunyi masuk ke gang, sehingga sempat bingung saat awal datang.
“Usulannya bisa diberi arah atau pemandu jalan untuk sampai ke situ dari jalan Solo-Semarang. Tapi yang jelas ini hidden gem, bumbu hitamnya enak, dagingnya empuk, favorit saya lebih ke tekstur empuknya itu,” kata dia.
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
