SOLOPOS.COM - Salah satu kusir bendi wisata sedang bersiap untuk mengangkut penumpang berkeliling Stadion Manahan, Minggu (23/6/2024) siang. (Solopos.com/Ahmad Kurnia Sidik)

Solopos.com, SOLO–Menikmati suasana Solo kurang lengkap bila tidak berkeliling menyusurinya menggunakan bendi wisata atau kereta kuda wisata khas Solo. Wisatawan bisa menemui bendi wisata salah satunya di area Stadion Manahan.

Terdapat puluhan bendi yang terparkir dan siap mengantarkan wisatawan berkeliling Stadion Manahan hingga Pasar Depok, Solo. Bendi-bendi yang ada di area timur Stadion Mahanan, tepatnya di Jl Gelora Manahan itu tergabung dalam Paguyuban Bendi Wisata Solo yang eksis sejak 1990-an.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ketua Paguyuban Bendi Wisata Solo, Budiyono, menyampaikan bahwa jauh sebelum Stadion Manahan berdiri megah seperti saat ini, paguyuban yang terdiri atas sekitar 20 bendi wisata itu sudah mulai beroperasi.

“Mungkin sudah lebih dari dua puluhan [tahun]. Kami sudah mulai narik sejak Stadion [Manahan] ini masih sederhana. Kalau tidak salah sejak 1990-1991, [tempat beroperasi bendi wisata] sudah di sekitar Manahan ini,” kata Budiyono saat berbincang dengan Solopos.com di lokasi, Minggu (23/6/2024) siang.

Lebih lanjut, lelaki yang akrab disapa Yono itu menjelaskan mulanya lokasi parkir bendi-bendi wisata di area depan Stadion Manahan, tepatnya yang saat ini terdapat patung Bung Karno dan air mancur. Seiring berjalannya waktu dan dilakukan revitalisasi besar-besaran terhadap Stadion Manahan, para kusir dan bendinya diminta untuk berpindah ke area timur Stadion Manahan.

“Setelah dipindah, kami ditempatkan di depan [kantor] Dishub, pas di depannya itu. Tapi sekarang kami bergeser lagi sedikit ke lokasi yang sekarang [di Jl Gelora Manahan],” kata dia.

Yono optimistis bahwa bendi wisata di paguyuban yang ia pimpin itu bakal terus ada dan akan terus melayani wisatawan di Solo. Sebab, lanjut dia, bendi itu merupakan kendaraan tradisional yang tak lekang waktu. Apalagi melihat kondisi saat ini, masyarakat kembali gemar menikmati hal-hal yang berbau masa lampau.

“Kami sudah buktikan dan bertahan. Beberapa tahun lalu ramai sepeda hias yang berlampu-lampu itu juga narik di area sini. Tapi mereka enggak bertahan lama, dan sekarang sudah tidak kelihatan lagi. Sementara kami masih terus narik sampai sekarang,” kata dia.

Bendi berbeda dengan dokar, andong, maupun delman. Yono menjelaskan perbedaan bendi dengan yang lainnya terletak pada roda pada keretanya. Bendi menggunakan dua roda yang dimodifikasi dari roda motor dengan ukuran yang sama.

Sementara, dokar atau delman menggunakan dua roda dengan ukuran besar dan terbuat dari kayu. Begitu pun dengan andong yang memiliki empat roda terbuat dari kayu dengan dua roda berukuran besar di bagian belakang kereta dan dua roda lagi berukuran kecil di bagian depannya.

“Jumlah kuda yang menarik kereta itu tidak menjadi pembeda. Pembedanya hanya pada roda,” terang Yono.

Bendi wisata yang tergabung di Paguyuban Bendi Wisata Solo itu kebanyakan merupakan usaha yang dijalankan secara turun-temurun dari beberapa generasi di keluarga. Hal itu diakui oleh salah satu kusir bendi wisata asal Gentan, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, Johan, 40.

“Saya ini sudah [generasi] yang ketiga berarti. Karena sejak mbah saya dulu usahanya sudah menggunakan ini,” kata Johan saat berbincang dengan Solopos.com di lokasi, Minggu (23/6/2024) siang.

Lebih lanjut, Johan bercerita bahwa mulanya kakeknya dahulu merupakan pengangkut bata dengan gerobak, yang mana pekerjaan itu dilakukan dengan memanfaatkan tenaga kuda.

Lambat laun, kuda-kuda yang dimiliki ternyata bisa dimanfaatkan untuk mencari sumber penghidupan lainnya, yaitu mengangkut wisatawan berkeliling Solo. Dan sejak kesadaran itu muncul, lanjut Johan, kakeknya menjalankan dua usaha sekaligus, yakni gerobak bata dan bendi wisata.

“Ayah saya kemudian melanjutkan usaha mbah saya. Tapi saat ayah yang melanjutkan itu tidak bertahan lama, karena gerobak bata kalah saing dengan angkutan seperti mobil-mobil jenis colt [bak terbuka]. Di awal-awal 2000-an, ayah saya terjun sepenuhnya ke bendi wisata ini,” terang Johan.

Saat ini, Johan lah yang meneruskan usaha tersebut. Dengan berbekal seekor kuda betina berusia 15 tahun, tiap Minggu dia melakukan perjalanan pulang-pergi dari Gentan menuju Stadion Manahan itu menggaet wisatawan agar sudi berkeliling Stadion Manahan menggunakan bendi wisatanya. Sementara, Senin hingga Sabtunya diisi dengan kerja lainnya, yaitu menjadi tukang bangunan.

Johan tampak menikmati kegiatannya sebagai kusir bendi wisata di area Stadion Manahan. Kepada Solopos.com, ia mengaku pada Minggu (23/6/2024) siang itu sudah delapan kali mengantarkan wisatawan berkeliling Stadion Manahan.

“Tadi mulai narik sejak pukul 06.00 WIB. Alhamdulillah, lumayan untuk hari ini,” pungkasnya sambil tersenyum dan mengelus-elus kuda betinanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya