SOLOPOS.COM - Pemilik Citra Group dr. Aan Cahyanto Bayu Aji memberi pakan sapi di kandang miliknya di Dukuh Karanglo, Desa Pengkok, Kedawung, Sragen pada Rabu (12/6/2024). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN—Desa Pengkok, Kecamatan Kedawung, Sragen, menjadi sentra peternakan sapi untuk hewan kurban menjelang Hari Raya Iduladha 2024. Populasi sapi di desa itu mencapai 2.000-an ekor. Sapi-sapi tersebut terdiri atas sapi limosin, simental, sapi peranakan ongloe (PO) atau sapi lokal, dan sapi Bali.

Penjelasan tersebut diungkapkan Owner Citra Group Sragen, dr. Aan Cahyanto Bayu Aji, saat ditemui wartawan di Pengkok, Kedawung, Sragen, Rabu (12/6/2024). Aan merupakan salah satu dari tiga orang peternak sapi kurban terbesar di Pengkok. Aan memiliki 170-an ekor sapi yang diperdagangkan untuk hewan kurban pada hari-hari menjelang Iduladha.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Seratusan sapi milik Aan itu disebar di tiga kandang yakni di Dukuh Karanglo, Desa Pengkok, Kedawung, Sragen, ada sekitar 70 ekor sapi; kandang Dukuh Pengkok, Desa Pengkok, ada sebanyak 50 ekor sapi; dan di kandang Palur Kabupaten Karanganyar sebanyak 50 ekor-60 ekor.

“Sejak tahun 1980-an, warga Pengkok sudah dikenal sebagai sentra sapi kurban terbesar dan menjadi jujukan warga di Soloraya. Setiap keluarga di Desa Pengkok itu memiliki sapi sendiri-sendiri dan juga dijual untuk kebutuhan hewan kurban. Pengusaha ternak sapi di Pengkok dulu ada tujuh orang dan sekarang tinggal tiga orang yang bertahan, salah satunya saya,” jelas Aan.

Dia menunjukkan salah satu kandang sapi dari jenis limosin, simental, dan PO sebanyak 70 ekor di Pengkok. Dia menyebut dari 70 ekor sapi itu tinggal dua ekor yang belum laku sehingga 68 ekor sapinya sudah laku semua. Sapi-sapi itu, ujar Aan, dijual dengan harga rata-rata Rp20 jutaan.

“Sapi yang terjual itu tetap dipelihara. Nanti pada H-1, sapi-sapi itu bakal dikirim kepada pembeli masing-masing. Pembeli paling jauh ada di Kartasura, Kabupaten Sukoharjo,” jelas Aan.

Dia menyampaikan harga Rp20 jutaan itu sudah termasuk biaya transportasi dan biaya pemeliharaan. Ketika menemukan sebuah masjid hanya ada enam orang yang patungan untuk kurban maka Aan mau menjadi orang ketujuh yang ikut iuran untuk beli satu ekor sapi kurban. Dia tidak sekadar berniat bisnis mencari untung semata tetapi juga sambil beribadah.

Bisnis sapi kurban itu ditekuni Aan sejak 2016. Selama delapan tahun terakhir menggeluti bisnis ternak sapi kurban, Aan cukup hafal karakter hewannya. Dia memiliki sejumlah orang yang ditugaskan untuk memelihara sapi. Ketika ada kasus penyakit mulut dan kuku dan penyakit lumpy skin desease (LSD) merebak, Aan tidak khawatir walupun memang berpengaruh untuk melakukan pengobatan yang intensif.

“Sebelum pengiriman, hewan kurban sudah diperiksa tim dokter hewan dari dinas terkait dan dibuktikan dengan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) dari dinas. Dalam pemeliharaannya, sapi-sapi itu dipakan jerami kering, daun rumput kalanjana, batang pohon jagung, dan dikombor dengan pakan jenis polar,” jelas Aan.

Aan juga memiliki satu kandang berisi sapi bali semua. Sapi-sapi itu didatangkan dari Bali dan harganya lebih murah. Aan menyebut harga sapi bali Rp19 jutaan. Dia menerangkan sapi Bali itu lebih tahan penyakit, dagingnya lebih padat, tetapi animo masyarakat memeilih sapi bali 50:50 dengan sapi jenis simental, limosin, maupun PO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya