SOLOPOS.COM - Panitia mempersiapkan alat peraga praktik ekskavasi untuk peserta Sragen Prehistoric Festival #2 di area Museum Bukuran, Kecamatan Kalijambe, Sragen, Selasa (11/6/2024). (Istimewa/Disdikbud Sragen)

Solopos.com, SRAGEN—Sebanyak 90 guru dan pelajar dari 15 sekolah menengah pertama (SMP) dan lima sekolah menengah atas (SMA) di Kabupaten Sragen mengikuti Sragen Prehistoric Festival #2 Archeofun for Youth. Kegiatan itu digelar di Museum Klaster Bukuran, Kalijambe, Sragen, Rabu-Kamis (12-13/6/2024).

Selama dua hari, para pelajar dan guru melakukan penemuan (discovery), petualangan (adventure), dan pembelajaran (learning)

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen, Johny Adhi Aryawan, kepada Solopos.com, Rabu (12/6/2024), menyampaikan ada 18 guru dan 72 siswa yang bergabung dalam kegiatan Sragen Prehistoric Festival #2 tersebut.

Dia menyampaikan 18 guru yang ikut itu merupakan guru sejarah atau guru ilmu pengetahuan sosial.

“Ini merupakan kegiatan tahun kedua. Lewat festival ini, siswa dan guru mendapatkan referensi dan metode alternatif dalam pembelajaran materi prasejarah, arkeologi, cagar budaya, permuseuman. Mereka mendapatkan pengetahuan secara teori dan juga bisa praktik sehingga mereka memahami langsung,” jelas Johny.

Dia menerangkan lewat kegiatan ini para guru dan pelajar memahami tentang cagar budaya, tinggalan prasejarah, dan fungsi museum.

Dia berharap mereka bisa menjadi semacam duta yang menyebarluaskan informasi tengan cagar budaya, prasejarah, dan fungsi museum kepada khalayak sehingga masyarakat berminat untuk mengunjungi museum.

Selain itu, Johny menyampaikan pengenalan dunia museum diharapkan memberi ketertarikan kepada generasi muda dalam pelestarian budaya dan peninggalan bersejarah karena generasi muda sebagai penjaga warisan budaya.

“Kegiatan ini juga bertujuan menjaring kader pelestari warisan budaya dari kalangan guru dan pelajar. Kami berharap peserta memahami warisan budaya khususnya tinggalan prasejarah sekaligus mengetahui langkah-langkah dan teknik praktis ketika menjumpai tinggalan warisan budaya. Bagaimana melakukan survei, mendokumentasi, melaporkan, merawat, dan sebagainya dipraktikkan dengan bimbingan ahlinya,” jelas Johny.

Dia melihat animo peserta di tahun ini meningkat. Dia mengatakan model pembelajaran langsung di lapangan itu menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa dan guru karena belajar yang lebih menyenangkan.

“Banyak sekolah yang menanyakan kuota untuk kegiatan saking banyaknya yang ingin bergabung menjadi peserta,” katanya.

Dia menjelaskan peserta memang diatur bergiliran dan beda sekolah pada setiap tahunnya supaya pengetahuan tersebar merata. Johny menerangkan peserta dipimpin guru akan bermain peran sebagai arkeolog muda yang menyidik dan menyelidiki jejak prasejarah di suatu situs purbakala.

“Kami menyediakan beberapa pos dan materi sesuai rundown yang sudah ditetapkan. Di setiap pos akan berlangsung pembelajaran selama kurang lebih satu jam. Jadi ada klasikal dan praktik lapangan langsung serta game arkeologis,” jelas Johny.

Terkait pemateri yang dihadirkan, Johny menyebut dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Museum Cagar Budaya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), dan Disdikbud Sragen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya