SOLOPOS.COM - Kepala Dinsos Sragen, Finuril Hidayati, Kamis (24/11/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN—Intervensi terhadap kemiskinan di Kabupaten Sragen terus digalakkan. Program Desa Tuntas Kemiskinan (Desa Tumis) menjadi model intervensi yang dianggap paling efektif di Sragen.

Inovasi yang digagas Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati itu digulirkan sejak 2022 dengan sasaran tiga desa per tahun. Pada 2024, Program Desa Tumis menyasar tiga desa, yakni Desa Pare (Mondokan), Desa Kedungwaduk (Karangmalang), dan Desa Bendo (Sukodono).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Penjelasan itu diungkapkan Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Sragen Finuril Hidayati kepada Solopos.com, Rabu (26/6/2024). Dia menyampaikan sasaran keluarga miskin di tiga desa itu sudah dilakukan assemen untuk menentukan terapi yang tepat bagi mereka.

Dia menjelaskan terapi kemiskinan itu dilakukan oleh organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, seperti usaha ekonomi produktif (UEP) itu tergantung pada Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskumindag) Sragen.

Dalam pelaksanaan terapi kemiskinan itu, kata dia, dibantu dengan dana corporate social responsibility (CSR).

“Jadi motornya ada di OPD. Assesmen awal 2024 sudah dilakukan di tiga sasaran Desa Tumis, yaitu Desa Pare, Kedungwaduk, dan Bendo. Untuk assesmen lanjutan harus memastikan dulu alokasi anggaran untuk terapinya. Seperti terapi pada 2023 lalu di tiga desa, yakni Bukuran [Kalijambe], Bonagung [Tanon], dan Tlogotirto itu total habis Rp11 miliar. Kebutuhan anggaran itu tergantung pada jumlah keluarga penerima manfaat dan jenis terapinya,” jelas Finuril.

Dia menyampaikan desa-desa yang yang menjadi sasaran Desa Tumis itu merupakan desa zona merah yang masuk dalam kemiskinan ekstrem di Sragen yang jumlahnya ada 45 desa.

Dia melihat kunci dalam keberhasilan Desa Tumis ini terletak pada komitmen pemerintah desa setempat. Dia menjelaskan tidak mudah mengeluarkan orang dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) sehingga komitmen desa menjadi penting.

Sejak 2022-2023 sudah ada enam desa, yakni Desa Jabung (Plupuh), Cemeng (Sambungmacan), Kadipiro (Sambirejo), Bukuran (Kalijambe), Bonagung (Tanon), dan Tlogotirto (Sumberlawang).

Program Desa Tumis, kata dia, efektif menanggulangi kemiskinan karena ada monitoring dan evaluasi (monev) yang dilakukan dalam kurun waktu setahun.

Pelaksanaan Desa Tumis ini, jelas dia, sudah mengakomodasi seluruh data kemiskinan, baik di DTKS dan di Data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE).

“Meskipun Desa Tumis ini terkesan lambat dalam penanganan kemiskinan tetapi Desa Tumis ini menjadi salah satu success story di TNP2K [Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan]. Dalam program ini ada back up anggaran lintas OPD yang berjalan baik dan terapinya lebih paripurna dengan dua kali asesmen,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya